Kamis, 13 Februari 2014

Peringatan 14 Februari

Merayakan Valentine Day, Haram bagi Umat Islam dan Kerusakannya


Di hari-hari ini, sesekali pergilah ke mall atau supermarket besar yang ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Anda pasti menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik—apakah itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga—yang didominasi dua warna: pink dan biru muda.

Dan Anda pasti mafhum, sebentar lagi kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih tenar distilahkan dengan Valentine Day.

Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan. Karena di hari itu, 14 Februari, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau disayanginya, terutama kekasih. Valentine Day memang berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia.

Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.

Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung muatan religius. Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan religius, bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa musyrik, karena merayakan Valentine Day tidak bisa tidak berarti juga ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan. Naudzubilahi min Dzalik. Mengapa demikian?

SEJARAH VALENTINE DAY

Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya:

Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.

Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.

Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.

Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.

Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.

Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.


Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.

TRADISI KIRIM KARTU 
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis.

Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan musim kawin burung-burung dalam puisinya.

Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.

 Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.

Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya itu!

Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja Katolik seperti yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.

Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini, walau demikian Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus.

Ada yang mengatakan, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.

Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkan mitos atau legenda. Namun walau demikian, misa ini sampai sekarang masih dirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.

Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.

KEPENTINGAN BISNIS 
Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu.
Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.

 PESTA KEMAKSIATAN 
Christendom adalah sebutan lain untuk tanah-tanah atau negeri-negeri Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun dewasa ini juga merambah ke daratan Amerika.

Orang biasanya mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di abad ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan inggris ini kemudian diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara.

Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.


Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary" kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.

Sejak Howland memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibuat secara massal di selutuh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah hari raya terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.

Mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik sentral, sekarang hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan.

Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’ yang sering di akhiri dengan tidur bareng (perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya esensi dari Valentine Day.

Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja, sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikan.


Allah SWT sendiri di dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." Wallahu'alam bishawab.(Rz)

Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir

Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269).
Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.

Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman

Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.

Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti

Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!

Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat

“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”

Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan

Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)

Sumber : Eramuslim.Com

Sabtu, 11 Januari 2014

MELAKUKAN, MENGAJAR DAN BELAJAR MATEMATIKA DAN PRAKTEKNYA DI KELAS




MELAKUKAN, MENGAJAR DAN BELAJAR MATEMATIKA DAN PRAKTEKNYA DI KELAS

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan seringkali kita mendengar beberapa permasalahan  atas prestasi akademik siswa.  Permasalahan tersebut rupanya berasal dari diri pribadi para pendidik dan pengajar. Terkadang penampilan menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan pembelajaran dikelas. Hal ini tentunya sangat berpengaruh dengan motivasi belajar siswa. Disamping itu juga peran guru untuk meyakinkan matematika agar diminati siswa.
Prestasi siswa menjadi hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena para orang tua kebanyakan hanya melihat hasil akhir tanpa menilai setiap detil proses pembelajarannya. Selain materi yang diajarkan yang harus di sukai siswa, guru juga harus merubah penampilannya agar selain pelajaran yang disukai, siswa juga menyukai penampilan gurunya. Agar dalam setiap proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, peranan guru juga harus diperhatikan.
.
B.       Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Mengetahui  pengaruh guru terhadap motivasi siswa terhadap matematika
2.    Mengetahui pandangan siswa terhadap guru matematika
3.    Mengetahui hal-hal agar matematika diterima oleh siswa
4.    Mengetahui tantangan dalam memajukan matematika dikelas

C.       Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan referensi dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Guru Matematika yang baik
Guru matematika yang baik memiliki tujuan dalam membuat perbedaan positif terhadap hasil belajar, baik kognitif dan afektif dari siswa yang mereka ajarkan. Mereka sensitif dan responsif terhadap semua aspek dari konteks di mana mereka mengajar. Hal ini tercermin dalam lingkungan belajar mereka membangun pelajaran,  mereka berencana, menggunakan teknologi dan sumber daya lainnya, praktek pengajaran, dan cara-cara di mana mereka menilai dan melaporkan belajar siswa. (Australian Asosiasi Guru Matematika, 2006)
Pernyataan ini muncul dalam kerangka standar profesional yang menggambarkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengajar matematika yang unik .  Hal ini mencerminkan temuan dari studi penelitian orang banyak yang menunjukkan bagaimana siswa belajar matematika dan mempengaryhi mereka untuk lebih baik atau lebih buruk dengan ajaran yang mereka alami di sekolah.  Meskipun kadang-kadang sulit bagi peneliti untuk menguraikan hubungan yang kompleks yang ada antara praktek pengajaran , karakteristik guru dan prestasi siswa , jelas bahwa guru membuat perbedaan untuk belajar siswa .
Pertama-tama kita mempertimbangkan keyakinan guru matematika dan siswa,  serta persepsi siswa terhadap guru matematika, merenungkan bagaimana guru mengkomunikasikan pesan-pesan yang kuat tentang sifat matematika dan pembelajaran matematika kepada siswa yang mereka ajarkan . Selanjutnya kita mengalihkan perhatian kita ke kelas sekolah menengah dengan memeriksa penelitian terbaru pada praktek mengajar matematika, dan mengidentifikasi jenis pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengajar matematika yang efektif. Akhirnya, kita meninjau beberapa tantangan untuk kurikulum matematika dan pengajaran yang timbul dari ini dan penelitian lainnya .

B.       Meyakinan matematika
Apakah kita sadar atau tidak, kita semua memiliki keyakinan kita sendiri tentang apa matematika dan mengapa itu penting. Dalam menyimpulkan temuan-temuan dari penelitian di bidang ini , Barkatsas dan Malone (2005) menyimpulkan bahwa keyakinan ' guru matematika ' berdampak pada praktik ruang kelas mereka, pada cara mereka memandang pengajaran, pembelajaran, dan penilaian, dan cara mereka melihat  potensi, kemampuan, dan kemampuan siswa. ( 1997) Model Raymond dari hubungan antara kepercayaan dan praktek dan faktor-faktor yang mempengaruhi mereka dalam hal ini ( lihat Gambar 1.1 ). Model ini menunjukkan beberapa kompleksitas yang terlibat dalam memahami bagaimana keyakinan bentuk, dan dibentuk oleh , praktik  mengajar, dan mengapa kadang-kadang ada antara keyakinan bahwa guru mungkin mendukung dan orang-orang yang mereka terapkan melalui praktek mereka .
Karena guru mengkomunikasikan keyakinan mereka tentang matematika melalui praktek kelas mereka, penting untuk menyadari keyakinan seseorang dan bagaimana ini terbentuk.


Keyakinan Matematika: Tentang sifat matematika dan pedagogi matematika
Kehidupan: lingkungan rumah, keyakinan orangtua  (tentang anak-anak, sekolah dan matematika)
Praktek Matematika mengajar: tugas Matematika, wacana, lingkungan dan evaluasi
Program pendidikan guru: Isi Program Matematika, pengalaman lapangan, mengajar siswa
Situasi kelas: siswa (kemampuan, sikap, dan perilaku), kendala waktu, topik matematika
Pengalaman sekolah yang lalu: Keberhasilan dalam matematika siswa,  guru masa lalu
Norma ajaran sosial: filsafat Sekolah, administrator, tes standar, kurikulum, buku pelajaran, guru lain, sumber daya

Pengalaman keluarga awal: pandangan matematika, orang tua , latar belakang pendidikan Orang tua, interaksi dengan
orang tua (khususnya mengenai matematika)
Kehidupan guru: kejadian sehari-hari, sumber tekanan lain
Ciri-ciri kepribadian: Keyakinan, kreativitas, humor, keterbukaan terhadap perubahan
Source: Raymond  (1997).

Gambar 1.1 Model Raymond tentang hubungan antara keyakinan matematika guru dan praktek mengajar mereka  

C.       Keyakinan tentang pengajaran matematika dan belajar
Sama pentingnya dengan keyakinan guru matematika tentang sifat matematika adalah keyakinan mereka tentang pengajaran matematika dan belajar. Beswick (2005) menunjukkan hubungan antara jenis keyakinan dengan menggambar pada kategori yang dikembangkan oleh Ernest (1989) dan Van Zoest et al. (1994), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.



Tabel 1.1 Hubungan antara keyakinan tentang matematika, pengajaran dan pembelajaran
Keyakinan tentang sifat matematika (Ernest, 1989)
Keyakinan tentang pengajaran matematika (Van Zoest et al, 1994.)
Keyakinan tentang belajar matematika (Ernest, 1989)
Instrumentalis: Matematika sebagai alat fakta, aturan, keterampilan
Isi terfokus pada penekanan penampilan
Penguasaan Keterampilan, penerimaan pengetahuan pasif
Platonis: Matematika sebagai badan statis pengetahuan mutlak dan pasti yang terdiri dari abstrak
Isi terfokus pada penekanan pemahaman
pemahaman Konstruksi aktif
Pemecahan masalah: Matematika sebagai bidang yang dinamis dan memperluas penciptaan manusia
Terfokus kepada pelajar
Eksplorasi minat masing-masing individu

Sejauh ini, kami telah memberi perhatian ke keyakinan guru matematika,  tetapi apa yang pelajar percaya tentang matematika yang alami? banyak jalan kecil untuk menyelidiki ini dan bertanya langsung dengan menggunakan kiasan untuk matematika, seperti:
Jika matematika adalah makanan, jenis makanan apa itu?
Jika matematika adalah warna, warna apa itu?
Jika matematika adalah musik, jenis musik apa itu?
Guru mencoba kegiatan ini dengan siswa SMP mereka selama sesi pengajaran dengan hasil . Jika matematika adalah makanan, sebagian besar siswa setuju bahwa itu akan menjadi sayuran hijau seperti brokoli dal lain-lain. Menurut mereka, sayuran ini terasa mengerikan tetapi kita harus makan mereka karena mereka baik untuk kita , sehingga menyiratkan bahwa matematika adalah bagian penting tapi tidak menyenangkan dari  sekolah mereka. Orang lain lebih baik dibuang dan lebih memilih roti ( makanan pokok ), salad buah (karena mengandung berbagai bahan ). Respon ini mungkin menunjukkan bahwa siswa memiliki berbagai persepsi pengetahuan matematika, beragam atau rentetan peristiwa dalam lapisan kompleksitas. Siswa berpikir bahwa jika matematika adalah warna itu akan menjadi baik hitam ( menyedihkan, jahat ), merah ( warna kemarahan dan rasa sakit) atau coklat ( membosankan ). Beberapa orang yang mengaku menyukai matematika sering mengatakan akan biru karena warna ini dikaitkan dengan kecerdasan atau perasaan tenang dan kedamaian. Ada lebih banyak variasi dalam pengajaran untuk matematika misalnya dikiaskan dalam musik. Banyak siswa mengatakan bahwa matematika itu seperti musik klasik karena mereka merasa sulit untuk memahami , beberapa disamakan dengan musik heavy metal karena  sakit otak , sedangkan satu menjawab bahwa itu seperti tema dari film Jaws karena  mengerikan.  
menyelidiki pelajar untuk melihat tentang matematika dan pembandingan ini dengan keyakinan guru dan  mengantar kita tentang cerminan peranan guru dalam memperkaya atau membatasi visi pelajar dan nilai matematika,  dan menganggap bagaimana kepribadian pelajar ke arah matematika terbentuk dengan pengalaman matematika sekolah dikelas. Pesan penting disini bahwa melalui kata-kata mereka dan tindakan, guru menularkan keyakinan mereka tentang apa matematika kepada pelajar saat mengajar.

D.      Pandangan terhadap guru matematika
Melalui pengalaman sehari-hari di kelas, siswa mengembangkan persepsi yang lama tentang matematika dan guru matematika. Beberapa persepsi ini melibatkan kenangan tentang guru tertentu, seperti di bawah ini, sementara yang lain lebih khas, yang timbul dari pengalaman siswa dari waktu ke waktu di kelas matematika yang berbeda:
saya tidak pernah baik dengan matematika di sekolah dasar. saya terutama ingat guru yang memalukan saya dan menertawakan saya di depan kelas. Ini membuat pengalaman yang buruk,  dan setiap kali saya diminta menjawab pertanyaan matematika setelah itu saya hanya diam. Saya mau memperbaiki,  dan  tahun lalu disekolah dasar saya benar-benar sungguh-sungguh. Itu menuntun saya kepada masalah selanjutnya, ketika saya ke sekolah menengah dan diletakkan di kelas dengan semua pelajar sungguh-sungguh belajar matematika, dan saya terus menerus merasa seperti sedang berenang melawan arus  dan menembus pikiran saya. Mengapa saya tidak mengambil matematika untuk  level A. saya sungguh menyeesal tidak melakukan banyak hal untuk belajar matematika  di sekolah, dan  saya masih punya keyakinan yang  besar  dengan matematika dan saya benci karena meletakkan matematika di titik pekerjaan di belakang, perubahan dari hari disekolah dasar menjadi  bayangan saya dan saya masih sedikit panik.

Saya selalu baik  selama sekolah dasar. saya menikmati kembali aktifitas belajar menggunakan tabel waktu, khususnya bila guru mengatur waktu kita dengan stopwatch dan paling cepat siswa menerima hadiah. (saya selalu menang ). Saya tidak bisa mengerti mengapa pelajar lain tidak merasakan hal yang sama tetapi saya memperoleh ini sekarang meskipun saya berjuang dengan matematika di tahun kedua ini di SMP. saya tidak suka guru matematika  karena dia menakut-nakuti, bosan dan keras. Dengan tahun ke 10 saya  menemukan matematika lebih mudah lagi dan saya memutuskan mengambil senior matematika. saya mempunyai guru fantastis dan dibina matematika lebih mudah dan lebih banyak fokus di pemahaman dan aplikasi daripada di menghafal isi. saya lulus dari tahun 12 dengan nilai A untuk matematika, terimakasih ke pelajaran matematika.


Mengulang kembali dan refleksi : tulis riwayat hidup matematis pribadi kamu, gambarkan pengalaman kamu belajar matematika di rumah, di sekolah dan universitas,  dan mengulang  kembali pengaruh dari  guru yang berbeda dan orang lain kamu mungkin telah kamu temui. apa kenang-kenangan paling awal kamu tentang matematika? apa telah ‘tinggi’ kamu dan 'rendah'? riwayat hidup matematis kamu perbandingan dengan rekan yang lain. Secara bersama, susun kualitas daftar guru matematika terbaik di pengalaman kamu.
 
 







Untuk lebih menekankan peran kunci yang dimainkan guru dalam mempengaruhi siswa terhadap matematika, kami juga dapat menjelajahi pandangan siswa sekolah  dengan mengundang mereka untuk menggambarkan  guru khas matematikanya. Seorang seorang siswa menggambarnya di depan kelas,
 
Para siswa sekolah juga mengomentari aspek kepribadian guru matematika khas, menggunakan kata-kata seperti  membosankan, tua, menyedihkan, rewel dan jelek. Guru lain menemukan bahwa siswa mereka menghasilkan gambar yang sangat mirip dan dijelaskan guru matematika dalam banyak cara yang sama. Demikian juga, studi lokal dan internasional gambar siswa dari matematikawan telah mengidentifikasi tema seperti matematika bodoh (kurang akal sehat atau selera mode), matematikawan yang tidak bisa mengajar (tidak tahu materi atau tidak bisa mengendalikan kelas ) atau bahkan matematika sebagai paksaan (matematikawan sebagai guru yang menggunakan intimidasi atau ancaman) (Picker & Berry, 2001; lihat juga Grootenboer, 2001; Ryan, 1992). Meskipun Anda mungkin tidak mengenali diri Anda dalam gambar-gambar ini atau deskripsi,  pesan yang jelas di sini adalah bahwa guru memiliki kekuatan untuk terlibat atau mengasingkan siswa dengan cara yang mereka akan ingat untuk sisa hidup mereka. Maka dari itu sikap kita sebagai guru tentunya menyiapkan penampilan yang membuat anak tertarik dan lambat laun nantinya juga akan menyenangi matematika



E.       Praktek mengajarkan matematika
Para guru harusnya tahu betul bagaimana cara mengkomunikasikan matematika ke siswa mereka.
1.      lebih banyak ungkapan, masalah tingkat yang lebih tinggi;
2.      lebih banyak kesempatan untuk menghargai koneksi antara ide-ide matematika, dan
3.      lebih banyak kesempatan untuk memahami matematika di balik masalah yang mereka hadapi
Peningkatan penekanan pada tantangan, koneksi dan pemahaman dapat  beberapa cara untuk mengatasi rasa keterasingan yang dialami oleh banyak siswa di kelas sekolah menengah.
Pernyataan persyaratan profesional untuk berhasil mengajar matematika, seperti standard untuk keunggulan di mengajar matematika di sekolah australia (persatuan australia guru matematika, 2006), biasanya mengenali tiga daerah struktur itu profesional bekerja matematika mengajar: pengetahuan, sifat dan pengamalan. Pernyataan ini menjelaskan pengamalan profesional guru matematika yang membuat perbedaan positif ke pelajar dalam kaitan dengan termasuk semua dan lingkungan pengetahuan yang mendukung,  perencanaan untuk belajar, mengajar mendekati tantangan berpikir pelajar,  dan tepat waktu dan penilaian informatif dan melaporkan. Semua pelajar dapat mempelajari matematika, kesanggupan untuk pengetahuan profesional kekal,  dan interaksi konstruktif dengan komunitas bidang sesuai ke profesional mereka bekerja. Guru juga punya gudang pengetahuan kuat itu termasuk pengetahuan pelajar dan sosial mereka dan perhubungan kebudayaan, pengetahuan matematika kepada tepat tingkat pelajar mereka mengajar,  dan pengetahuan bagaimana pelajar mempelajari matematika.
Riset pengetahuan guru matematika sebagian besar mengenai identifikasi pedagogical content knowledge.(PCK),  didefinisikan oleh shulman (1987) sebagai pembauran isi dan kesepakatan ilmu keguruan dari banyak topik diteliti, masalah,  atau terbitan mengorganisir, direpresentasikan,  dan menyesuaikan diri dengan bermacam-macam minat dan kemampuan pelajar,  dan menyajikan untuk instruksi (1987, hal. 8). Membangun kerangka oleh anak Chick et al. (2006) dan diproduksi ulang di tabel 1.2 mencakup banyak segi PCKyang  telah mengenali  dikepustakaan dan menetapkan tujuan satu set untuk belajar guru tentang pelajaran matematika.

Tabel 1.2. Kerangka kerja untuk menganalisis isi pengetahuan  pedagogi
PCK Kategori
Terbukti ketika guru. . .
Strategi pengajaran
Membahas atau menggunakan strategi atau pendekatan untuk mengajar konsep matematika
Berpikir siswa
Membahas atau menunjukkan cara berpikir siswa tentang sebuah konsep atau tingkat khas pemahaman
kesalahpahaman  - Berpikir siswa
Membahas atau menunjukkan kesalahpahaman siswa tentang konsep
Tuntutan kognitif dari tugas
Mengidentifikasi aspek tugas yang mempengaruhi kompleksitas
Representasi yang tepat dan rincian konsep
Menjelaskan atau menunjukkan cara untuk model atau menggambarkan konsep (dapat mencakup bahan atau diagram)
Pengetahuan tentang sumber daya
Membahas / menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mendukung pengajaran
Pengetahuan Kurikulum
Membahas bagaimana topik masuk ke dalam kurikulum
Tujuan isi pengetahuan
Membahas alasan untuk isi yang dimasukkan dalam kurikulum atau bagaimana mungkin akan digunakan
Isi pengetahuan dalam konteks pedagogis
Pemahaman mendalam tentang matematika dasar

Memperlihatkan pemahaman konseptual yang mendalam dan menyeluruh dari identifikasi aspek matematika
Mendekonstruksi konten untuk komponen kunci
Mengidentifikasi komponen matematika yang penting dalam konsep yang fundamental untuk memahami dan menerapkan konsep itu
Struktur matematika dan koneksi
Membuat hubungan antara konsep dan topik, termasuk saling ketergantungan konsep
Pengetahuan prosedural
Menampilkan keterampilan untuk memecahkan masalah matematika(pemahaman konseptual tidak perlu jelas)
Metode solusi
Menunjukkan metode untuk memecahkan masalah matematika
Pengetahuan pedagogis dalam konteks konten
Sasaran untuk belajar
Menjelaskan tujuan untuk belajar siswa (mungkin atau tidak mungkin  terkait dengan konten matematika tertentu)
Mendapatkan dan mempertahankan fokus siswa
Mendiskusikan  strategi untuk melibatkan siswa
Teknik kelas
Mendiskusiakn  praktek  umum kelas
Source: Based on Chick et al. (2006).

F.       Tantangan saat ini untuk mengajar matematika
Tantangan kedua bagi guru matematika berkaitan dengan pemahaman matematika. Ketika meninjau kembali, tema dan masalah untuk mengajar matematika dan pembelajaran adalah untuk membantu peserta didik untuk membuat persiapan matematika. Ini melibatkan membuat koneksi kognitif antara konsep-konsep matematika, sosial melalui aplikasi matematika, untuk membangun pengetahuan sebelumnya dan menghubungkan dengan kepentingan pribadi, secara matematis dengan ide-ide lain dan cara berpikir, dan sejarah dan budaya melalui pemahaman perkembangan ide-ide matematika dan budaya manusia. Ini adalah fleksibilitas, kedalaman dan keragaman dalam berpikir matematis yang berasal membuat rasa situasi dan abstraksi matematika yang akan menjadi penting untuk bekerja secara matematis untuk memenuhi tantangan sosial, ekonomi dan lingkungan Ini tantangan untuk mempromosikan pemahaman matematika. Hal ini terus menjadi jelas dalam seperti yang kita membahas penggunaan alat tertentu dan strategi pengajaran, dan meneliti bagaimana siswa mengembangkan fasilitas untuk menggunakan berbagai konsep dan keterampilan yang merupakan bidang matematika .


DAFTAR RUJUKAN


Goos, Stillman, and Vale. 2007. Teaching Secondary School Mathematics. Allen & Unwin.Australia